Pages

FORZA JUVE !

FORZA JUVE !

Rabu, 30 April 2014

PROPOSAL

DEFINISI

            Proposal adalah usulan rencana kegiatan. Kata proposal berasal dari bahasa Inggris to propose yang artinya mengajukan. Dengan demikian pengertian proposal memiliki arti sederhana sebagai suatu bentuk pengajuan atau permohonan, penawaran baik berupa ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan ijin, persetujuan, dana, dan lain sebagainya (Hariwijaya, 2005:12-13).
            Sebagai bentuk pengajuan, proposal bernilai penting dan strategis karena merupakan awal yang menentukan keberhasilan suatu rencana program (usaha atau kegiatan). Karenanya, banyak orang atau lembaga menjadikan proposal sebagai "senjata ampuh" untuk menunjukkan apa saja ide, rencana kegiatan (usaha), dan program yang ditawarkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

TUJUAN
  • Menjelaskan secara tidak langsung kepada pihak-pihak yang ingin mengetahui kegiatan tersebut.
  • Menjadi rencana yang mengarahkan panitai dalam melaksankan kegiatan tersebut.
  • Untuk menyakinkan para donator/ sponsor agar mereka memberikan dukungan material maupun financial dalam mewujudkan kegiatan yang telah direncanakan.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam membuat Proposal:

  • Penyusunan proposal hendaknya menunjuk orang atau beberapa orang yang ahli dalam penyusunan proposal, sebaiknya yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan yang diselenggarakan.
  • Penyusuanan proposal mempersiapkan bahan-bahan dan informasi yang diperlukan, yaitu berupa bahan-bahan hsil kesepakatan seluruh panitia.
  • Menyusun draft proposal dengan sistematis, menarik, dan realistis.
  • Proposal dibicarakan dalam forum musyawarah untuk dibahas, direvisi dan disetujui.
  • Dibuat proposal yang telah disempurnakan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
            Proposal diperbanyak dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang dituju, baik internal maupun eksternal.

JENIS-JENIS PROPOSAL

            Berdasarkan bentuknya, proposal dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
  • proposal berbentuk formal; terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1) bagian pendahuluan, yang terdiri atas: sampul dan halaman judul, surat pengantar (kata pengantar), ikhtisar, daftar isi, dan pengesahan permohonan; 2) isi proposal, terdiri atas: latar belakang, pembatasan masalah, tujuan, ruang lingkup, pemikiran dasar (anggapan dasar), metodologi, fasilitas, personalia (susunan panitia), keuntungan dan kerugian, waktu, dan biaya; 3) bagian pelengkap penutup, yang berisi daftar pustaka, lampiran, tabel, dan sebagainya.
  • semiformal, dan
  • nonformal
            Proposal semiformal dan nonformal merupakan variasi atau bentuk lain dari bentuk proposal formal karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu atau tidak selengkap seperti proposal bentuk formal.

Proposal Penelitian dan Proposal Umum

Proposal Penelitian (Ilmiah)

            Dalam dunia ilmiah (pendidikan) yang disusun oleh seorang peneliti atau mahasiswa yang akan membuat penelitian (skripsi, tesis, disertasi). Dalam dunia ilmiah, proposal adalah suatu rancangan desain penelitian (usulan penelitian) yang akan dilakukan oleh seorang peneliti tentang suatu bahan penelitian.
            Bentuk “Proposal Penelitian” ini, biasanya memiliki suatu bentuk dengan berbagai standar tertentu seperti penggunaan bahasa, tanda baca, kutipan dll.

Proposal Penelitian dibagi 4 yaitu :
  • Proposal Penelitian Pengembangan; kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah. Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda. Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.
  • Proposal Penelitian Kajian Pustaka; telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah.
  • Proposal Penelitian Kualitatif; penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan.
  • Proposal Penelitian Kuantitatif; suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.

Sistematika Proposal Penelitian

A.  Judul Penelitian
  • Judul penelitian dipaparkan secara deklaratif, jelas, singkat, padat, spesifik dan tidak memberi kemungkinan penafsiran yang beragam.
  • Judul harus jelas menggambarkan tujuan dan upaya meningkatkan dan melakukan  perubahan  dengan  melalui  intervensi  tindakan  yang diharapkan.
  • Judul Penelitian yang lengkap mencakup: 1) sifat dan jenis penelitian, 2) obyek yang diteliti, 3) subyek penelitian, 3) lokasi/daerah penelitian

B.  Latar Belakang Masalah
  • Mendeskripsikan latar belakang permasalahan yang timbul (adanya masalah, identifikasi masalah, menganalisis masalah, memfokuskan masalah)
  • Menjelaskan alasan/rasional/argumentasi tentang pentingnya pemecahan masalah melalui intervensi tindakan serta perubahan yang ingin dilakukan.
  • Perlunya  dideskripsikan  gambaran  situasi  yang  ada  dan  perlu  dirubah setelah melakukan refleksi awal untuk mengungkapkan adanya permasalahan yang penting.
  • Perlunya disajikan bukti pendukung berupa contoh kejadian yang dijumpai di kelas ataupun angka mengenai jumlah siswa yang mengalami masalah tersebut atau prestasi siswa di masa lalu.
  • Menguatkan dengan landasan/teori ilmiah atau hasil pemikiran para ahli yang telah diuji kebenarannya dan kaitannya dengan bahasan masalah.

C.  Rumusan Masalah
  • Rumusan masalah merupakan operasional dari masalah yang terdapat dalam judul penelitian yang pada umumnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan namun dapat pula berupa pernyataan yang bersifat menggugah penelitian.
  • Rumusan masalah merupakan deskripsi singkat tentang masalah yang harus dipecahkan, dan erat kaitannya dengan masalah yang tertuang dalam judul penelitian.
  • Rumusan masalah merinci dan menetapkan variabel-variabel yang terkandung dalam fokus masalah.

D.  Hipotesis Tindakan
  • Rumusan hipotesis penelitian tindakan bukan rumusan hipotesis yang menyatakan hubungan atau perbedaan antara variabel.
  • Rumusan hipotesis tindakan memuat langkah tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.

E.  Tujuan Penelitian
  • Merupakan penjabaran secara singkat dalam bentuk kalimat deklaratif tentang masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah dan diharapkan dapat dicapai atau dipecahkan melalui proses pencarian informasi secara sistematis sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. Tiap sub tujuan diawali dengan kalimat aktif (misalnya, untuk mengetahui).
  • Merupakan tujuan yang eksplisit berupa pembaruan atau peningkatan apa yang dikehendaki.
  • Merupakan tujuan yang implisit berupa peningkatan diri guru dan pemahaman mengenai “teori” tentang cara mempraktikan masalah tersebut.
F.  Manfaat Penelitian
  • Mengemukakan untuk siapa penelitian tersebut bermanfaat. Dalam hal ini hasil penelitian dapat bermanfaat bagi guru, kelas, siswa, orang tua siswa, atau pihak-pihak lain.
  • Rumusan manfaat penelitian berdasarkan pada topik atau masalah penelitian tindakan kelas yang diteliti.
  • Pernyataan yang menunjukkan untuk siapa penelitian ini bermanfaat; harus dinyatakan dengan jelas dan praktis.

G. Kajian Teori
  • Diungkapkan beberapa landasan termasuk teori atau detail berkenaan dengan variabel yang akan diteliti, termasuk penajaman terhadap hipotesis dan rumusan masalah yang diajukan.
  • Merupakan kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan sebagai landasan dalam memberikan wawasan yang dibahas.
  • Merupakan dasar bagi  kajian masalah (rumusan pendefinisian, analisis masalah, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data) mengemukakan aturan dan kebijakan yang berlaku dan mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan.
  • Bahan-bahan landasan teori  ini diperoleh dari penelaahan buku teks, sumber-sumber bacaan ilmiah, majalah serta jurnal, artikel hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
  • Dikemukakan juga analisis argumentasi untuk pemilihan tindakan yang telah diputuskan analisis untuk menjustufukasi bahwa tindakan yang diambil merupakan pilihan terbaik berdasarkan analisis teoritis, empiris, dan konseptual kelayakan.

H. Prosedur Penelitian
  • Bagian ini menguraikan secara operasioal bagaimana tindakan akan dilaksanakan dalam bentuk rancangan beserta langkahnya atau prosedurnya.
  • Dalam bagian ini diungkapkan tentang setting penelitian (tempat penelitian, subyek penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK), prosedur penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian

I.   Daftar Pustaka
  • Daftar Pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumer-sumber lain dari internet) atau tercetak (misalnya CD, video, film, atau kaset) yang pernah dikutif dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Semua sumber tertulis atau tercetak yang tercantum dalam uraian harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang pernah dibaca oleh peneliti tetapi tidak pernah digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah tersebut atau tidak dikutif, tidak boleh dicantumkan dalam daftar pustaka.
  • Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis tanpa nomor urut. Sumber tertulis/tercetak yang memakan tempat lebih dari satu baris, ditulis dengan jarak antar baris satu spasi; sedangkan jarak antara sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah dua spasi.
  • Komponen-komponen yang harus dicantumkan dalam Daftar Pustaka ini adalah: nama penulis dengan nama keluarga (jika ada) ditempatkan di depan nama kecil, tahun penerbitan, judul sumber tertulis yang bersangkutan dengan penulisan  secara miring, kota tempat penerbit berada, dan nama penerbit.

Proposal Umum (Semi-Ilmiah)

            Sering digunakan sebagai usulan atau rancangan kegiatan. Bentuk proposal ini memiliki banyak kemiripan dengan model “Proposal Penelitian” yang digunakan dalam dunia ilmiah,namun karena sifatnya yang lebih umum maka “Proposal Umum” biasanya lebih lentur dalam penggunaan bahasa dan tidak terlalu kaku dalam aturan penulisan.
            Namun, walaupun lebih “bebas”, penulisan “Proposal Umum” tetap harus mengindahkan kaidah-­kaidah dan sistematika tertentu, agar dapat dengan mudah dimengerti oleh orang­-orang yang membaca proposal tersebut.




Teori Tentang Perbedaan Karangan

PENGERTIAN KARANGAN

Menurut para ahli :

Widyamartajaya (1979:9) mengatakan bahwa Karangan itu merupakan ungkapan jiwa manusia yang hendak disampaikan kepada orang lain dan terjadi suatu proses berfikir. Kegiatan mengarang dapat terjadi karena ada maksud atau tujuan dari pengarang dengan melalui tahapan dalam pembuatannya.

Poerwordarmita (1984:445), mengungkapkan bahwa Karangan merupakan uraian tentang sesuatu hasil, dengan demikian pengertian Karangan atau tulisan dapat kita batasi sebagai rangkaian kalimat yang logis, padu, sistematis, yang berisi pengalaman, pikiran atau pelukisan tentang objek suatu peristiwa atau masalah.

E. Kosasih (2003:26), menjelaskan bahwa Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.

Lamuddin Finoza (2009:234), Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.

Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa karangan adalah tulisan yang mengungkapkan pemikiran dan gagasan dari penulis (pengarang) yang memiliki maksud dan tujuan dalam rangkaian sebuah kalimat teratur yang logis, padu dan sistematis.


JENIS – JENIS KARANGAN

Karangan berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yakni:

1. DESKRIPSI

            Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sentivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut (Semi, 2003:41).
            Menurut Semi (2003:41), deskripsi ini merupakan ekposisis juga, sehingga ciri umum yang dimiliki oleh ekposisi pada dasarnya dimiliki pula oleh deskripsi.
Semi (2003:41) mengatakan bahwa ciri-ciri deskripsi yang sekaligus sebagai pembeda dengan ekposisi adalah sebagai berikut.
  1. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.
  2. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca.
  3. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang menggugah; sedangkan ekposisi gayanya lebih lugas.
  4. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia.
  5. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial order)
            Deskripsi bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka ruang dengan maksud untuk menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang. (Widyamartaya, 1992:9-10).

Jenis Karangan Deskripsi
Secara garis besar ada 2 macam bentuk karangan deskripsi:
  1. Deskripsi Ekspositori, merupakan karangan yang sangat logis, biasanya merupakan daftar rincian atau halyang penting-penting saja yang disusun menurut sistem dan urutan-urutan logis obJek yang diamati.
  2. Deskripsi Impresionatis, merupakan karangan yang menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk menetralisir pembacanya. Deskripsi impresionistis ini lebih menekankan impresi atau kesan penulisnya ketika melakukan observasi atau ketika melakukan impresi tersebut.
Langkah menyusun deskripsi:
  • Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
  • Tentukan tujuan
  • Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
  • Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
  •  Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

2. NARASI

            Narasi merupakan karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur.

Jenis-jenis narasi
  • Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
  • Narasi ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsursugestif atau bersifat objektif.
  • Narasi objektif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
  • Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.

            Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis. Ciri-ciri karangan narasi menurut Atar Semi (2003:31) adalah sebagaiu berikut:
  • Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
  • Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
  • Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
  • Memiliki nilai estetika.
  • Menekankan susunan secara kronologis

Langkah menyusun narasi

            Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.


3. EKSPOSISI

            Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
            Menurut A. Chaedar Alwasilah dan Semmy Suzanna Alwasilah (2005:111) Dalam Pokoknya Menulis eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulis berniat untuk memberi informasi atau memberi petunjuk kepada pembaca. Di sini eksposisi mengandalkan strategi pengembangan alinea seperti lewat pemberian contoh, proses, sebab akibat, klasifiksasi, definisi, analisis, komperasi dan kontras.
            Menurut Aceng Hasani (2005: 30) dalam buku Ikhwal Menulis juga mendefinisikan bahwa eksposisi merupakan bentuk tulisan yang sering digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha mempengaruhi pendapat pembaca. Melalui eksposisi pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, setiap pembaca boleh menolak dan menerima apa yang dikemukakan oleh penulis.
            Topik yang diangkat berdasarkan data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan dapat bersifat historis tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dan sebagainya dengan kata lain, penafsiran objektif suatu topik di dukung oleh seperangkat fakta.

Menurut Aceng Hasani (2005:31) ciri-ciri karangan eksposisi sebagai berikut :
  1. Penjelasannya bersifat informatif
  2. Pembahasan masalahnya bersifat objektif
  3. Penjelasannya disertakan dengan bukti-bukti yang konkret (tidak mengada-ada)
  4. Pembahasannya bersifat logis atau sesuai dengan penalaran

Berdasarkan cara atau metode penguraiannya, karangan eksposisi dapat dibedakan ke dalam beberapa karangan eksposisi. Ada beberapa jenis pengembangan dalam paragraf eksposisi;
  • eksposisi definisi
  • eksposisi proses
  • eksposisi klasifikasi
  • eksposisi ilustrasi (contoh)
  • eksposisi perbandingan & pertentangan, dan
  • eksposisi laporan

Langkah menyusun eksposisi:
  1. Menentukan topik/tema
  2. Menetapkan tujuan
  3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
  4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
  5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4. ARGUMENTASI

            Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
            Ciri Ciri pargaraf argumentasi merupakan tipe paragraf yang mengutarakan inspirasi, inspirasi, atau pendapat penulis dengan diikuti bukti serta fakta ( serius berjalan ).  tujuannya merupakan biar pembaca meyakini bahwa inspirasi, inspirasi, atau pendapat tersebut merupakan benar serta bisa di buktikan. itulah sedikit pengertian mengenai paragraf argumentasi semoga bermanfaat dan dapat dimengerti dengan baik.
            Paragraf argumentasi memiliki dua pola pengembangan, yakni sebagaimana berikut :
  • sebab ke akibat, yakni tipe pola pengembangan paragraf argumentasi yang berawal dari moment yang dikira sebagai pemicu, selanjutnya menuju pada ikhtisar yang berbentuk dampak atau akibat yang disebabkan dari suatu kejadian.
  • akibat ke sebab, ialah paragraf ini di mulai dari menjelaskan satu persoalan yang dikira sebagai akibat selanjutnya bergerak menuju perihal yang dikira sebagai pemicu persoalan.
Langkah menyusun argumentasi:
a. Menentukan topik/ tema
b. Menetapkan tujuan
c. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
d. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
e. Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi


5. PERSUASI
            Karangan persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
            Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Pengarang mengharapkan adanya sikap motorik perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Ciri-ciri Karangan Persuasi
  • Harus ada argumen (alasan dan bukti).
  • Ada unsur imbauan atau ajakan.
  • Tidak ada pertentangan (konflik).

Langkah-langkah Penyusunan Karangan Persuasi
  • Menentukan sebuah topik.
  • Mendeskripsikan topik menjadi sub topik.
  • Mengembangkan sub topik menjadi sebuah karangan.
  • Menyusunnya menjadi sebuah karangan persuasi.

Topik Yang Dapat Dijadikan Bahan Mengarang Persuasi
  • Iklan
  • Dakwah
  • Kampanye


MACAM-MACAM KARANGAN : KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH DAN NON-ILMIAH


1. KARANGAN ILMIAH

            Menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuanyang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
            Karangan Ilmiah atau yang sering disebut karya ilmiah adalah karangan yang dibuat berdasarkan cara yang sistematis dan memiliki ciri-ciri tertentu. Demikian juga karangan non ilmiah memiliki ciri khasnya tersendiri. Lalu bagaimana membedakan satu sama lainnya, di dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana membedakan antara semua jenis karangan tersebut.

Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
  1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
  2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
  3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
  4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
  5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
  6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

Ciri – Ciri Karya Ilmiah:

Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu :
  • Struktur sajian; Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
  • Komponen dan substansi; Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
  • Sikap penulis; Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
  • Penggunaan bahasa; Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Selain ciri-ciri diatas karangan ilmiah juga mempunyai ciri-ciri, antara lain:
  • Kejelasan. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
  • Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
  • Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
  • Keobjektifan. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
  • Keseksamaan. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
  • Kesistematisan. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
  • Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.
Macam – macam karangan ilmiah:

Ada berbagai macam karangan ilmiah, berikut diantaranya :
  • Laporan penelitian. Laporan yang ditulis berdasarkan penelitian. Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas, laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan, dsb.
  • Skripsi. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana strata satu (Si).
  • Tesis. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua (S2), yaitu Master.
  • Disertasi. Tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga (S3), yaitu Doktor.
  • Surat pembaca. Surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu tulisan ilmiah.
  • Laporan kasus. Tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan teori.
Fungsi karya ilmiah

sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  1. Penjelasan (explanation)
  2. Ramalan (prediction)
  3. Kontrol (control)

2. KARANGAN SEMI ILMIAH

            Karangan semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semi-formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non-ilmiah.
            Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :

  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
  • Fakta yang disimpulkan subjektif;
  • Gaya bahasa formal dan popular;
  • Mementingkan diri penulis;
  • Melebih-lebihkan sesuatu;
  • Usulan-usulan bersifat argumentative; dan Bersifat persuasive.
            Jenis karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku.

3. KARANGAN NON-ILMIAH

            Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Ciri-ciri Karya Tulis Non-Ilmiah:

  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
  • Fakta yang disimpulkan subyektif.
  • Gaya bahasa konotatif dan populer.
  • Tidak memuat hipotesis.
  • Penyajian dibarengi dengan sejarah.
  • Bersifat imajinatif.
  • Situasi didramatisir.
  • Bersifat persuasif.
  • Tanpa dukungan bukti.
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.


Daftar Pustaka :



Kamis, 03 April 2014

Pemakaian Metode Ilmiah untuk Menjawab Pertanyaan Ilmiah

            Setelah sebelumnya terdapat penulisan tentang teori yang berhubungan dengan metode ilmiah (bila dilihat pada bagian ini), sekarang saya ingin sedikit membahas tentang pemakaian metode ilmiah tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah....


PERTANYAAN ILMIAH

            Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Pada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat kesenjangan yang terjadi antara:
  • Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi (descriptive)
  • Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is available)
  • Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is achieved)

            Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering disebut sebagai fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa diajukan sebagai masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan kajian referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
  1. Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,
  2. Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,
  3. Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian terdahulu (state of the arts),
  4. Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
  5. Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat  terjadi,
  6. Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan
  7. Masalah itu diajukan dalam  batas  minat  (bidang studi) dan kemampuan peneliti.

            Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:
  1. Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,
  2. Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan  diteliti,
  3. Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa  tersebut,
  4. Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu peristiwa terjadi, dan
  5. Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun dan masyarakat secara luas di masa yang akan datang.

            Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti Marshall & Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya menjadi tiga  macam pertanyaan, yaitu:
  • Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa adanya), dengan menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
  • Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara mendalam), dengan menggunakan kata tanya “bagaimana”. Lazimnya diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.
  • Eksplanatoris  (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada hubungan atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.

            Contoh untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
  • Pertanyaan deskriptif: Apa aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya?
  • Pertanyaan eksploratif : Bagaimana model kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut dalam upaya memajukan sekolah?
  • Pertanyaan eksplanatif: Bagaimana pengaruh model kepemimpinan otoriter terhadap kepatuhan staf?

            Jadi, Metode ilmiah adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah melalui suatu analisis, pengkajian dan penelitian terhadap suatu permasalahan tersebut dengan berdasarkan data-data dan bukti-bukti yang nyata dan akurat. 

            contoh pertanyaan ilmiah : "Kenapa mahasiswa lebih senang menonton film di biodkop dibandingan dengan membaca buku diperpustakaan?". Pertanyaan ilmiah tersebut dapat dijawab dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang ada dilapangan sehingga bisa menghasilkan suatu pernyataan yang bisa menjawabnya.


Daftar Pustaka :