Pages

FORZA JUVE !

FORZA JUVE !

Senin, 02 Juni 2014

TULISAN : RESENSI BUKU "AKU"

AKU
Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Karya Penyair Chairil Anwar




IDENTITAS BUKU

Judul
AKU
Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Penyair Chairil Anwar
Pengarang
Sjuman Djaya
Penerbit
PT. Metafor Intermedia Indonesia
Jl. Arteri Pondok Indah No. 1 Jakarta 12310
Cetakan
Kedua, Tahun 2003
Cetakan Pertama
1987
Tebal Buku
xii + 155 hlm
Ukuran Buku
19, 7 cm
Harga Buku
 --

KEPENGARANGAN

Sjuman Djaya lahir di Purworejo, 5 Agustus 1934 yang merasa lebih sebagai “Anak Betawi” bercita-cita ingin menjadi penerbang. Tetapi, bakat membawa Sjuman menjadi pemain sandiwara, penulis sajak, dan crita pendek. Ia kemudian dikenal sebagai anggota “Seniman Senen”. Cuma sekita 16 karya lahir selama 14 tahun karir perfilmannya. Secara jumlah mungkin kecil, tetapi dengan jumlah itulah Sjuman Djaya hampir selalu meraih piala citra pada setiap kehadirannya dalam Festival Film Indonesia (FFI). Dan dari jumlah itu pula ia berhasil mengangkat dirinya menjadi seorang di antara segelintir sutradara Indonesia yang tidak dapat didikte oleh produser film.

Film-film yang lahir dari bung Sjuman – begitu panggilan akrabnya – memang melekat dengan “realita sosial” itu. Misalnya: Si Doel Anak Betawi dan Si Mamad (1973), Laila Majenun (1975), Si Doel Anak Modern (1976), Kabut Sutra Ungu (1979), Bukan Sandiwara (1980), Kartini (1982), Budak Nafsu (1983), dan Kerikil-Kerikil Tajam (1984). Film terakhirnya, Opera Jakarta, yang dibintangi istrinya, Zoraya Perucha, belum sempet terselesaikan ketika Sjuman meninggal 19 Juli 1985.


SINOPSIS

Bom atom pertama meledak di kota Hiroshima.
Langit berselaput awan cendawan berbisa.
Ketika memburai awan ini, bumi laksana ditimpa hujan salju yang ganas.
Gedung-gedung beton runtuh.
Aspal-aspal jalan terbakar menyala.
Bumi retak-retak berdebu, di segala penjuru.
Dan beribu tubuh manusia meleleh, tewas atau terluka.

...

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi atas debu
Dan duka maha tuan bertahta…

Narasi dari sajak diatas, gaungnya sampai di mana-mana, karena sajak ini tercetak sudah dalam sebuah majalah yang dikelola oleh penerbit “Balai Pustaka”.

Seluruh redaksi majalah seni, seluruh seniman dari segala kategori, secara berantai membaca beberapa potong sajak yang terasa bernafas baru, hangat, kuat, kental, dan sangat bersemangat, dari seorang penyair yang sama sekali beluM dikenal,. yang menyebut dirinya dengan nama: CHAIRIL ANWAR

...

Aku!
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.

“AKU” sebuah buku yang di skenaroi dan sutradarai oleh Sjuman Djaya yang mengisahkan perjalanan dan karya-karya penyair Chairil Anwar, seorang seniman yang tidak pernah dihargai oleh para kritikus karena dianggap sebagai seniman yang bombastis, liar, dan penyair yang merusak nilai sastra dengan bahasa yang lugas tanpa di hias-hias.

Buku ini berskenario tentang perjalanan penyair Chairil Anwar dari masa-masa kecil bersama ibu dan neneknya, ketika beranjak menjadi pemuda liar, menciptakan sajak-sajak liar yang lepas dari unsur sastra. Ia memulai karirnya pada masa penjajahan Jepang yang sumpek dan penuh tekanan. Tetapi ia bisa mengatasi kesulitan lingkungan hidup saat itu dan menciptakan lingkungan kreatifnya sendiri dan sempat angkat senjata berjuang melawan penjajah Jepang, hingga pembuktian kedewasaan melalui kisah cinta romantis bersama wanita-wanita yang pernah hidup dengannya.

Panorama dunia seni sastra Indonesia segera berubah setelah Chairil Anwar hadir dengan karya-karyanya. Ia membuka kesadaran pada seniman sezamannya dan sesudah zamannya. Mereka mulai melihat kemungkinan yang lebih luas untuk perkembangan kepribadian dan gaya kesenian yang baru.

Tidak mengherankan apabila Sjuman Djaya tertarik menuliskan skenario tentang hidup Chairil Anwar . ia menganggap bahwa setiap kenangan akan kehadiran sang penyair dan setiap pembacaan kembali sajak-sajaknya akan selalu menunggah dinamika di dalam kehidupan.


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Kelebihan
  • Buku ini memuat kisah perjalanan Chairil Anwar sebagai pelaku utama. Senang, sedih, angkuh, dan marah sang penyair diungkapkannya secara apik dalam buku ini.
  • Sajak-sajak Chairil Anwar yang sederhana tanpa hiasan dan skenario dari Sjuman Djaya di kemas secara baik dalam buku ini
  • Bagi penikmat sajak dari sang penyair Chairil Anwar, buku ini layak dijadikan referensi bacaan karena buku ini memuat sajak Chairil Anwar yang terlah di skenariokan oleh Sjuman Djaya.

Kelemahan
  • Buku ini dinilai terlalu subjektif, terutama terlalu menonjolkan sisi positif dari Chairil Anwar.
  • Bagi para pembaca “awam” dalam sastra, perlu dibaca berulang agar lebih mengerti isi dari buku ini.

SARAN

Buku ini cukup menarik ini sehingga tidak perlu banyak ada hal yang ditambahkan lagi. Tetapi mungkin lebih dibuat percetakan ulangnya, karena buku ini cukup sulit untuk ditemukan saat ini agar dapat memperkenalkan sosok sang penyair – Chairi Anwar – kepada penyuka sastra di generasi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar